Sabtu, 12 Juni 2010

Geomorfologi Fluvial

  1. Pengertian Geomorfologi Fluvial

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari tiga kata, yaitu geos (bumi), morphos (bentuk) dan logos (ilmu pengetahuan) jadi pengertian dari Geomorfologi fluvial merupakan cabang dari ilmu geomorflogi yang mempelajari semua bentukan bentuk lahan di permukaan bumi yang terbentuk di alam yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik bentukan yang di akibatkan oleh gerakan air yang mengalir, maupun bentukan yang di akibatkan oleh air yang menggenang. Proses-proses yang di bentuk oleh pengaruh air akan menghasilkan suatu bentang alam. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh air permukaan. Hal-hal yang mempengaruhi intensitas air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Curah Hujan, Vegetasi, Kemiringan Lereng, Litologi, dan Iklim.



  1. Tiga Aktivitas Utama Sungai

B. 1. Erosi
Ada beberapa jenis erosi yang di akibatkan oleh kekuatan air, yaitu:

  • Quarrying, yang merupakan proses terjadinya pendongkelan batuan yang di lalui oleh air.

  • Abrasi, yang merupakan terjadinya penggerusan terhadap batuan yang dilewati air.

  • Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.

  • Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.


Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :
Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar.

B.2. Transportasi

Transportasi adalah proses pengangkutan material oleh air yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ditimbulkan oleh pergerakan aliran air sebagai pengaruh dari gaya gravitasi. Ada beberapa istilah yang digunakan dalam membahas transportasi yaitu stream capacity, yaitu jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai dan stream competence, yang merupakan ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.

Mekanisme pengangkutan material sugai terbagi menjadi dua yaitu mekanisme bed load dan suspended load. Mekanisme “bed load memiliki pengertian bahwa material-material yang tererosi di angkut oleh sungai dengan cara mengalir sepanjang dasar sungai. Sedangkan mekanisme “suspended load memiliki pengertian bahwa material-material yang tererosi di angkut oleh sungai dengan cara melayang dalam tubuh sungai.

Mekanisme “Bed load” atau material-material terangkut dengan cara mengalir di dasar sungai dapat diklasifikasikan menjadi:

  • Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.

  • Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.

  • Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.


Mekanisme “suspended load” atau material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :

  • Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.

  • Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia.




B.3. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses yang terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan di endapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang di endapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke hulu sungai material yang di endapkan semakin halus.
Proses sedimentasi terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehinga semakin ke arah hilir ukuran butir material yang di endapkan semakin halus. Satu sungai atau lebih beserta anak sungai dan cabangnya membentuk suatu pola atau sistem yang disebut pola pengaliran yang juga dikenal dengan pola aliran sungai.



  1. Klasifikasi Pola Aliran Sungai



  1. Dendritik: Pola pengaliran ini berbentuk cabang-cabang seperti pohon, dengan anak-anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan, pola ini mencermnkan kekerasan batuan yang sama atau jenis tanah yang seragam. Pada daerah ini kontrol struktur tidak beitu nampak. Terdapat pada lapisan sedimen horisontal atau miring landai.

  2. Parallel: Pola aliran ini membentuk cabang-cabang sungai yang sejajar atau paralel. Mencerminkan daerah dengan dengan kekerasan atuan hampir ama dengan kemiringan lereng yang cukup besar dan seragam.

  3. Radial: Pola pengaliran ini memiliki pola memusat atau menyebar dengan satu titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lereng, membentuk cabang-cabang yang seolah-olah memencar dari satu titik pusat yang mencerminkan daerah gunung api atau kubah .

  4. Rectanguler: Pola pengaliran dimana anak-anak sungai membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya dengan aliran yang memotong daerah secara tidak kontinyu umumnya pada daerah patahan yang teratur dan mencerminkan daerah kekar atau sesar yang saling tegak lurus .

  5. Trellis: Pola pengaliran dimana aliran air berbentuk seperti cabang-cabang sungai yang kecil, berukuran sama dengan aliran yang tegak lurus sepanjang sungai-sungai utama. Pola ini mencerminkan daerah lipatan, patahan yang pararel, blok punggungan pantai hasil pengangkatan laut atau daerah yang banyak terdapat kekar.

  6. Anular: Pola aliran sungai ini tegak lurus terhadap sengai utama yang melingkar. Pola aliran ini dikontrol oleh sesar atau kekar pada bedrock. Pola ini mencerminkan struktur kubah atau dome.

  7. Concorted: Pola aliran ini membentuk cabang-cabang sungai yang relatif tegak lurus terhadap sungai utama yang melengkung. Perbedaan pola ini dengan pola rectanguler dan trelis adalah pola aliran ini tidak teratur. Kontrol struktur pada daerah ini stabil dan mencerminkan adanya lipatan sunjam.

  8. Multi-Basinal: Pola aliran ini terbentuk pada daerah antar bukit batuan dasar yang tererosi. Pola ini ditandai dengan cekungan-cekungan yang kering dan terisi air yang terpisah-pisah dengan aliran yang terputus dan arah yang berbeda. Pola ini mencerminkan daerah karst.



  1. Bentuklahan Bentukan Asal Fluvial



  1. Sungai Teranyam (Braided River)

Sungai teranyam atau braided river adalah bentukan asal proses fluvial yang terbentuk pada hilir sungai yang memiliki kemiringan lereng datar atau hampir datar, sungai teranyam memiliki alur yang luas dan umumnya dangkal. Sungai teranyam terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada baian hulu sungai sehingga trjadi pengendapan pada bagian alurnya hingga membentuk endapan gosong tengah dan memberikan kesan teranyam apabila endapan gosong tengah yang terbentuk cukup banyak.



  1. Gosong Sungai (Bar Deposit)

Bar Deposit adalah adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi atau tengah dari alur sungai. Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong tengah dan endapan pada tepii disebut gosong tepi, gosong sungai terbentuk oleh endapan brangkal, krakal, dan pasir,dll .



  1. Kipas aluvial (Alluvial fan)

Kipas aluvial adalah bentukan asalproses fluvial yang terjadi karena pengendapan material yang cepat yang terjadi apabila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari dataran tinggi kemudian masuk ke dataran rendah, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan kecepatan aliran air yang drastis. Biasannya terdapat air tanah yang melimpah di sepanjang dataran aluvial karenabentukan berupa kipas aluvial terdiri dari gabungan antara pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan kedap air yang mampu membawa air dalam jumlah yang tinggi atau banyak.

  1. Danau Tapal Kuda (Oxbow lake)

Danau tapal kuda terbentuk jika lengkung meander terpotong oleh pelurusan air.

  1. Dataran banjir (Flood Plain) dan tanggul alam (Natural Levee)

Sungai stadia dewasa mengendapkan sebagian material yang terangkut saat banjir pada sisi kanan maupun kiri sungai, seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.

  1. Delta

Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk pada daerah base level.

  1. Meander

Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.

Sebagian besar bentang alam fluvial tidak dapat digambarkan dalam peta topografi standard karena ukurannya yang kecil seperti gosong sungai atau tanggul alam. Bentang alam flufial dapat di gambarkan dalam peta topografi standar apabila ukurannya besar sebagai contoh kipas aluvial. Alur sungai merupakan pertanda bentang lahan asalproses fluvial. Dalam peta topografi, alur sungaii ditandai oleh kontur yang meruncing ke arah hulu sungai dengan alur sungai yang tampak jelas.

Daerah yang terbentuk karena proses fluvial merupakan daerah yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, khususnya daerah di pinggir aliran sungai. Daerah di pinggir sungai merupakan daerah yang potensial sebagai penyedia air irigasi, air minum, dan material pasir batu yang bermanfaat diunakan sebagai bahan bangunan.Namun, daerah di sekitar aliran sungai juga memiliki riskiko bencana yang tinggi, sebagai contoh banjir, dan tanah longsor. Dengan cara menganalisis bentanglahan ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi geologi di suatu daerah. Dengan mengetahui informasi ini diharapkan kita dapat mengetahu pola distribusii bentuklahan bentukan fluvial sehingga penggunaan lahan dapat dimanfaatkan secara optimal.

Geomorfologi Karst

  1. PENGERTIAN GEOMORFOLOGI KARST

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari tiga kata, yaitu geos , morphos dan logos sedangkan Karst merupakan istilah dari bahasa Jerman yang di turunkan dari bahasa Slovenia (kras) yang ber arti lahan gersang berbatu, sebenarnya istilah ini tidak berhubungan dengan proses pelarutan Ford dan Williams (1998) mendefinisikan daerah karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas. Jadi pengertian dari Geomorfologi Karst secara tidak langsung yaitu merupakan cabang dari ilmu geomorflogi yang mempelajari semua bentukan bentuk lahan di permukaan bumi yang terbentuk di alam yang disebabkan oleh proses pelarutan, baik bentukan yang di akibatkan oleh pelarutan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat ataupun yang terjadi pada batuan lain yang mudah larut seperti batuan gypsum dan batu garam (sandstone).



  1. SYARAT-SYARAT TERBENTUKNYA KARST


Salah satu syarat terbentuknya bentuk-lahan karst yaitu terjadinya karstifikasi, yaitu proses pembentukan bentuk-lahan karst sebagai akibat dari pelarutan batuan. Karstifikasi dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu “faktor pengontrol” dan “faktor pendorong”. Faktor pengontrol merupakan faktor yang menentukan dapat tidaknya karstifikasi berlangsung, sedangkan faktor pendorong merupakan faktor yang menentukan cepat-lambatnya terjadinya proses karstifikasi.



B.1. Faktor Pengontrol

Faktor pengontrol, yaitu faktor yang menentukan dapat-tidaknya karstifikasi berlangsung dibagi menjadi tiga, yaitu:

  1. Batuan mudah larut, kompak, tebal, dan mempunyai banyak rekahan.

  2. Curah hujan yang cukup yatu curah hujan lebih dari 250 mm/tahun.

  3. Batuan terekspos di ketiggian yang memungkinkan perkembangan sirkulasi air/drainase secara vertikal.

Batuan yang mengandung CaCO3 (Calcium Carbonate)merupakan contoh batuan yang mudah larut karena jika batuan yang mengandung CaCO3 bereaksi dengan air yang mengandung karbon dioksida maka akan terjadi pelarutan batuan dengan mudah sehingga dapat mengembangkan bentuklahan karst. Kekompakan batuan menentukan daya tahan bentukan atau kestabilan bentukan semakin kompak batuan pembentuknya, semakin stabil atau semakin kuat dan tahan lama bentukan yang dihasilkannya. Ketebalan batuan juga merupakan faktor pengontrol bentukan bentuklahan karst, semakin tebal lapisan batuan pada suatu daerah semakin banyak pula terbentuk sirkulasi air vertikal sehingga dapat terjadi karstifikasi. Rekahan dapat membantu terjadinya karstifikasi karena semakin banyak rekahan, semakin banyak pula aliran vertikal yang terbentuk.

Curah hujan, merupakan faktor yang penting dalam proses karstifikasi, karena semakin besar curah hujan semakin besar pula tingkat pelarutan yang terjadi pada batuan karbonat sehingga semakin banyak pula bentuk-lahan karst terbentuk.

Ketinggian batu gamping di atas permukaan laut menetukan drainase vertikal, karena semakin tebal lapisan CaCO3 pada suatu daerah semakin banyak pula terbentuk sirkulasi air vertikal sehingga dapat mempengaruhi tingkat karstifikasi.

B.2.Faktor Pendorong

Faktor pendorong, yaitu faktor yang menentukan cepat-lambatnya proses karstifikasi dibagi menjadi dua faktor, yaitu:

  1. Temperatur atau Suhu

  2. Penutupan Hutan

Temperatur atau suhu udara merupakan faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses karstifikasi karena temperatur menmpengaruhi tingkat ke idealan makhluk hidup untuk hidup pada suatu daerah tertentu, sebab semakin hangat temperatur suatu daerah semakin tinggi pula perkembangan makhluk hidup yang dapat menghasilkan CO2 (Carbon Dioxide) sehingga apabila CO2 dalam air bereaksi dengan kalsit (CaCO3), maka akan terjadi karstifikasi.

Penutupan hutan merupakan faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya proses karstifikasi karena semakin rapat suatu area tertutup oleh hutan, semakin banyak CO2 yang terkandung dalam tanah sebagai akibat dari perombakan zat zat organik sehingga semakin tinggi pula tingkat daya larut air terhadap batu gamping.

  1. TEORI PEMBENTUKAN KARST



C.1. Menurut Cvijic (1914)

Menurut Cvijic, Karst dapat dibagi menjadi tiga kelopok berdasarkan pembentukannya, yaitu holo karst, merokarst dan karst transisi.

Holokarst, merupakan tipe bentukan karst yang terbentuk karena perkembangan yang utuh atau sempurna dari suatu bentanglahan karst hal ini terjadi akibat terdapat kemungkinan yang tak terbatas suatu batuan karbonat berkembang kearah vertikal dan horizontal.

Merokarst merupakan tipe bentukan karst yang terbentuk karena perkembangan tidak sempurna atau perkembangan yang hanya sebagian saja dari proses pembentukan bentang lahan karst, pada umumnya merokarst tertutup oleh tanah, tidak ditemukan karen, dolin, goa, atau swallow hole yang berkembang di tempat setempat.

Karst transisi merupakan merupakan tipe bentukan karst yang terbentuk pada batuan karbonat yang relative tebal yang sangat memungkinkan perkembangan karst ke bawah tanah sehingga memungkinkan proses pembentukan bentukan karst berlangsung ebih cepat.



C.2. Menurut Gvozdeckij (1965)

Menurut Gvozdeckij, Karst dapat dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan pembentukannya, yaitu Bare karst, Covered karst, Soddy karst, Buried karst, Tropical karst, dan Permafrost karst.

Bare karst, merupakan bentuklahan yang kurang lebih sama dengan Holokarst, Soddy karst merupakan bentuklahan karst yang berkembang di batu gamping yang tertutup oleh tanah yang berasal dari sisa pelarutan CaCO3.

Buried karst merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga bukit-bukit karst hanya dapat dikenali dari data bor. Tropical karst merupakan karst yang terbentuk pada daerah tropis, dan Permafrost karst merupakan karst yang terbentuk pada daerah bersalju.





C.3. Menurut Sweeting (1972)

Menurut Sweeting, Karst dapat dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan pembentukannya, yaitu True karst, Fluvio karst, Glasiokarst, dan Tropical karst.

True karst merupakan merupakan perkembangan sempurna (holokarst) yang disebabkan karena pelarutan secara vertikal dan horizontal secara bebas. Fluvio karst merupakan merupakan bentukan yang terbentuk akibat kombinasi dari proses fluvial dan proses pelarutan yang biasanya terbentuk di daerah berbatuan gamping yang dilalui oleh sungai yang berhilir di daerah non-karst.

Glasiokarst merupakan karst yang terbentukkarena proses pembentukan karst di dominasi oleh proses glasiasi yang terjadi di daerah berbatuan gamping ciri-ciri glasiokarst adalah adanya kenampakan hasil penggosongan, erosi, dan sedimentasi glasier. Sedangkan Tropical karst merupakan karst yang terbentuk dari proses presipitasi yang besar sehingga menghasilkan aliran permukaan sesaat yang besar sedangkan evaporasi menghasilkan rekristalisasi larutan karbonat membentuk lapisan keras dipermukaan, hal ini dicirikan dengan bentukan doline yang berbentuk bintang tidak beraturan yang disebut cockpit.

  1. BERBAGAI FENOMENA BENTANG LAHAN KARST



D.1. Endokarst

a. Sungai Bawah Tanah



Sungai bawah tanah adalah sungai yang hanya terdapat pada daerah karst karena proses pengisian atau infiltrasi air tanah kemudian bergabung menjadi satu dan membentuk reservoir-reservoir untuk pengaliran air dibawah tanah sehingga terbentuklah sungai bawah tanah yang notabene hanya mungkin terdapat di daerah karst.



b. Drip Stone (Stalagtit dan Stalagmit)



Stalagtit Stalagmit

Stalagmit dan stalagtit merupakan bentukan yang terbentuk karena proses karstifikasi bentukan ini terbenuk dari senyawa CaCO3 atau kalsit. Stalagmit adalah bentukan yang tumbuh menjulang dari dasar goa ke atas goa, sedangkan stalagtit merupakan bentukan yang tumbuh dari bagian atas goa menuju dasar goa.



D.2. Eksokarst

a.Kerucut Karst

Kerucut karst adalah bukit karst yang berbentuk kerucut, berlereng terjal dan dikelilingi oleh depresi.





b .Doline



Doline adalah cekungan di topografi karst yang merupakan hasil proses pelarutan dan merupakan tempat berakumulasinya material hasil lapukan. Gabungan dari beberapa doline dapat membentuk uvala. Sebagian uvala sering terisi air hujan yang kemudian menjadi telaga. Dari situlah bisa banyak tersimpan air yang sangat bersih dan terbabas dati polusi.

Kamis, 10 Juni 2010

Tips Dan Trik Cara Belajar Yang Baik Untuk Ujian


Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Belajar pada umumnya dilakukan di sekolah ketika jam pelajaran berlangsung dibimbing oleh Bapak atau Ibu Guru. Belajar yang baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa pr / pekerjaan rumah. Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat dikejar-kejar waktu memiliki dampak yang tidak baik.

Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan berharga dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau ujian :

1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.

2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.

3. Membuat Perencanaan Yang Baik
Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan menargetkan yang yang nomor satu jika saat ini kita masih di luar 10 besar di kelas. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.

4. Disiplin Dalam Belajar
Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.

5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman. Selain itu

6. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab.

7. Hindari Belajar Berlebihan
Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.

8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.